Program Kontrol Gumboro pada Broiler

Terdapat 3 program yang harus dilakukan untuk menghentikan siklus gumboro di lapangan

Sifat virus gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD) yang sangat tahan di lingkungan dan sulitnya kontrol serangga pembawanya (dark beetle) menyebabkan virus gumboro menjadi endemis di lingkungan farm. Hampir dipastikan DOC akan berinteraksi dengan virus ini pada saat masuk ke farm apabila farm tersebut mempunyai sejarah sering muncul kasus gumboro. Untuk itu, diperlukan program kontrol yang tepat untuk menghentikan siklusnya. Ada 3 program yang harus dilakukan untuk menghentikan siklus gumboro di lapangan, antara lain:

1) SANITASI dan BIOSECURITY

Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi team Ceva, 100% virus gumboro lapangan yang ditemukan di Indonesia adalah vvIBD (very virulent Infectious Bursal Disease). Tekanan virus (tantangan virus) dan jumlah virus yang menantang sangat terkait dengan sistem manajemen yang diterapkan di farm (all in-all out, reused litter, multiage, struktur kandang), kualitas pembersihan kotoran pada saat proses kosong kandang, program desinfeksi dan program kontrol serangga pembawanya. Proses sanitasi sangat penting untuk meminimalkan tantangan virus dari satu periode ke periode selanjutnya walaupun untuk menghilangkan 100% virus gumboro dengan proses ini sangatlah mustahil

2) KEKEBALAN ASAL INDUK

Diperlukan kekebalan asal induk atau Maternal Derived Antibody (MDA) untuk mencegah infeksi bursa fabrisius di usia dua minggu pertama. Kekebalan ini dapat dicapai dari hasil program vaksinasi IBD killed pada induknya yang kemudian akan diturunkan ke anaknya. Tingkat MDA ini akan dimetabolisme seiring dengan pertumbuhan anak ayam dan pada suatu saat akan mencapai tingkat yang non-protektif dimana usia kerentanan tersebut tergantung pada :

  • Kuantitas awal MDA: semakin tinggi dan seragam, semakin kuat dan semakin lama perlindungannya.
  • Tingkat tantangan dan keganasan virus IBD di farm: semakin tinggi tantangan dan keganasan virus maka semakin pendek perlindungan MDA.

3) KEKEBALAN AKTIF (KEKEBALAN VAKSIN)

Kekebalan aktif diperlukan setelah kekebalan dari induknya sudah menurun dan dapat digertak dengan pemberian vaksin live yang dilemahkan yang diaplikasikan dengan air minum ataupun vaksin live dalam bentuk imun kompleks yang diaplikasikan dengan injeksi subkutan di hatchery.

Semua vaksin live akan bereplikasi dan berkolonisasi di bursa fabricius untuk bekerja. Akibat adanya interferensi dari MDA, ketepatan kerja vaksin live sangat dipengaruhi dengan tingkat MDA di individu ayam. Karena tingkat MDA di setiap individu ayam bervariasi, maka penggunaan vaksin gumboro di hatchery (Cevac® TRANSMUNE) dapat menghindari terjadinya kegagalan vaksinasi gumboro akibat tidak tepatnya jadwal vaksinasi.

Vaksinasi di hatchery dengan Cevac® TRANSMUNE dapat menghentikan siklus gumboro karena:

  1. Cevac® TRANSMUNE memberikan kekebalan yang seragam karena aplikasi yang lebih seragam dan bekerja di tingkat kekebalan asal induk berapapun.
  2. Cevac® TRANSMUNE mampu bereplikasi di bursa fabrisius dengan cepat dan aman. Vaksin ini mampu melindungi terhadap infeksi dan menghalangi replikasi virus gumboro lapangan jenis apapun sehingga meminimalkan shedding virus gumboro lapangan dan pada akhirnya resiko mengurangi resiko tantangan dari siklus ke siklus.

 

CUKUP SATU KALI VAKSINASI IBD SEUMUR HIDUP

               Berikut ini adalah sebuah studi di empat broiler farm dengan sistem closed house yang berkapasitas hampir 900,000 ekor. Setiap farm tersebut mendapat dua perlakuan yaitu 50% kandangnya divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE di hatchery dan 50% lainnya divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE di hatchery dan Cevac® IBD L pada umur 14 hari di farm. Pada usia panen, ayam diambil darahnya untuk diperiksa titer IBD dan diamati deplesi dan index performanya. Hasilnya adalah sebagai berikut:

 

Grafik 1: Secara rata-rata, titer IBD pada ayam yang divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE dan ayam yang divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE + Cevac® IBD L menunjukkan tingkat yang hampir sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan vaksin IBD L pada ayam yang telah divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE tidak mempengaruhi titer IBD.

Grafik 2: Secara rata-rata tingkat kematian pada ayam yang divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE dan ayam yang divaksin dengan Cevac® TRANSMUNE + Cevac® IBD L menunjukkan persentase yang relatif sama dengan umur panen yang sama.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa vaksinasi IBD di hatchery dengan Cevac® TRANSMUNE sudah cukup memberikan perlindungan tanpa perlu dilakukan revaksinasi IBD di farm

(drh. Ayatullah M. Natsir & drh. Ignatia Tiksa Nurindra, PT. Ceva Animal Health Indonesia).

Kembali ke atas