Dunia sedang digemparkan dengan novel Corona Virus (nCoV-19) yang membuat seluruh dunia kalang kabut dan berimbas pada penurunan neraca ekonomi yang kian hari kian mencemaskan. Bagi insan perunggasan, Coronavirus bukanlah hal yang asing lagi karena setiap hari virus ini akan selalu menghantui peternak broiler, layer, dan breeder. Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ini, tetapi Coronavirus yang dimaksud adalah gammacoronavirus yang khusus menginfeksi keluarga avian. Sampai saat ini, IB masih merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat penting secara ekonomi bagi dunia perunggasan. Infectious Bronchitis Virus (IBV) pada breeder dan layer dapat menyebabkan penurunan pada kuantitas dan kualitas telur dan tentu saja meningkatkan mortalitas. Khusus pada breeder, penyakit ini akan menyebabkan penurunan fertilitas baik jantan dan betina yang akan berimbas pada penurunan kemampuan penetasan telur itu sendiri (hatchability).
Menariknya, pada broiler penyakit ini ibarat ada dan tiada. Seringkali para praktisi lapang tidak mendiagnosis IBV pada ayam. Gejala penyakit ini tersamarkan dengan kejadian penyakit lain seperti CRD, SNOT, dan Colibacillosis pada derajat penyakit yang serius. Penurunan ADG, peningkatan FCR dan gejala “cekrek” yang terus menerus sehingga deplesi harian yang semakin meningkat, gejala klinis yang umum ini karena IB merupakan pintu gerbang bagi penyakit lain karena virus akan menempel pada reseptor saluran pernafasan sehingga peluang infeksi sekunder akan terbuka luas.
Situasi epidemiologi IB di Asia pertama kali dilaporkan pada tahun 1950-an di Jepang oleh Nakamura et al (1954) dan di Thailand oleh Chindavanig (1962). Promkuntop (2016) melakukan review tentang strain IBV yang penting secara ekonomi yang ditemukan pada peternakan komersial di negara-negara Asia dan diklasifikasikan dalam strain: Mass-type, Japanese/Taiwanese, Taiwanese, Middle East, Far East, Chinese, LX4, QX, QX-like varian dan isolat Korean/Chinese. Sejak 2008 2018, Ceva melakukan riset internal dalam mengelompokkan strain IBV di negara-negara Asia melalui beberapa sampel organ pada peternakan broiler, breeder broiler komersial layer dan ayam kampung yang mengalami gangguan pernafasan. Negara-negara tersebut antara lain Bangladesh, Cina,Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Vietnam. Sampel organ tersebut dikirim ke Ceva Scientific Support and Investigation Unit Laboratory (Ceva SSIU Lab) di Budapest, Hongaria. Dari hasil tersebut diketahui bahwa IB varian yang mendominasi adalah strain QX-like dan disusul dengan strain Taiwanese (Gambar 1).
Gambar 1. Prevalensi strain IB varian di Asia 2008 – 2018 (SSUI – Phylaxia)
Baca selengkapnya di artikel berikut
Artikel ini sudah dipublikasikan di Majalah Trobos Livestock, Poultry Indonesia dan Infovet bulan April 2020.