Launching Cevac IBird di Indonesia

Kontrol Infectious Bronchitis Mulai Dari Hatchery

Infectious Bronchitis merupakan penyakit virus yang sangat mudah menular dan dipastikan ada diseluruh negara dengan tingkat risiko kerugian ekonomi yang sangat tinggi bagi pengusaha perunggasan seperti broiler, layer, breeder sehingga perlu tindakan pencegahan yang tepat.

 

Berdasarkan kerugian ekonomi itulah perusahaan yang bermoto Together, beyond animal health yaitu PT. Ceva Animal Health Indonesia (Ceva) menjadikan Infectious Bronchitis Protection sebagai tema seminar sehari yang dilaksanakan di Hotel Santika, Bogor pada hari Kamis (3/2) dengan mendatangkan pembicara profesional yaitu Dr. Jacobus Joannes (Sjaak) De Wit, Alumni University of Utrecht Belanda ini merupakan peneliti penyakit unggas di Belanda seperti Infectious Bronchitis Virus (IBV) dan Gumboro. Kali ini, dia berbicara tentang IBV dan situasi kasus ini secara global.

 

Ceva bersama kita

 

Seminar yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang peserta ini mendatangkan tiga pembicara internal yaitu Dr. Pascal Paulet, DVM., bekerja di Ceva sebagai Corporate Product Manager dengan materi Broader IB Protection with Cevac IBird. Dr. Roberto Soares, DVM, MAM, ACPV., Technical Service Veterinarian di Ceva Animal Health dengan materi IB Variant: An Under Estimated Problem in Asia. Drh. Ayatullah Muhammad Natsir, Technical Marketing Manager dengan materi IB Situation in Indonesia dan Complete IB Protection Endorsed by C.H.I.C.K Program, serta mengundang Prof. Dr. I Wayan Teguh Wibawan, DVM, M.Sc., dari Fakultas Kedokteran Hewan Institute Pertanian Bogor (FKH IPB) sebagai moderator.

Dalam sambutanya Edi Purwoko selaku Presiden Direktur Ceva mengungkapkan perkembangan program vaksinasi yang dilakukan Ceva di Indonesia. “Untuk pelayanan kesehatan ayam, Ceva melakukan vaksinasi di hatchery,” katanya.

Menurutnya, hingga Desember 2014 sudah ada 52 hatch spray/sprayer kabinet dan 262 alat injektor, semua itu terpasang di 16 perusahaan dan 50 hatchery diseluruh indonesia. Pada tahun yang sama Ceva sudah melakukan vaksinasi Gumboro untuk Day Old Chick (DOC/anak ayam umur sehari) di seluruh Indonesia. “Ceva melakukan vaksinasi lebih dari 600 juta DOC di hatchery,” terangnya. Seminar ini, lanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peternak terhadap IBV. “Ceva memberikan solusi untuk mencegah penyakit tersebut, yaitu Cevac IBird (IBird),” lansirnya

 

Bahaya IBV

 

Perhatian Ceva terhadap serangan IBV ini sangat beralasan, karena IBV merugikan industri perunggasan dunia. Menurut Pascal Paulet dari sepuluh penyakit unggas, pada periode 2006 - 2009 IBV menduduki peringkat kedua setelah penyakit Highly Pathogenic Avian Influenza  (HPAI). Semua lini perunggasan bisa dihancurkan oleh IBV.

Hal ini juga dipertegas oleh Sjaak. “Selain layer dan breeder, IBV juga bisa menyerang broiler,” lansirnya. Selain, lanjutnya, memperlihatkan gejala gangguan pernafasan, IBV juga menyebabkan penurunan pertumbuhan dan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri lain seperti E. coli, Rhinotracheale, Coryza. Hal serupa juga bisa ditemukan pada layer maupun breeder.           “Produksi telur dan kualitas telur akan menurun,” jelasnya. Perlu diingat, IBV juga bisa merusak fungsi ginjal. “Gangguan ginjal banyak ditemukan pada ayam yang lebih muda,” kata Sjaak.

Seperti yang diungkap oleh Roberto. Selain menyerang sistem pernapasan dan reproduksi IBV juga merusak ginjal dengan derajat kerusakan ginjal yang berbeda, perbedaan ini dapat dilihat dari lesi di sel epitel tubular. Untuk itulah IBV, lanjutnya, harus selalu berada di daftar penyakit yang mempengaruhi sistem pernafasan, reproduksi dan perkencingan. “Tentunya jangan pernah dianggap remeh,” tegasnya. 

 

IBV di Indonesia

 

IBV bisa ditemukan diseluruh Negara, kondisi ini sangat mengkuatirkan. Menurutnya Sjaak, semakin banyak negara yang harus berurusan dengan peningkatan jumlah varian IB. Kemampuan varian IB beradaptasi dengan lingkungan menjadi faktor penentu perkembangan virus dilapangan. Beberapa, lanjutnya, varian IB bisa tinggal disuatu tempat dalam waktu yang lebih lama, terkadang datang, pergi dan muncul lagi. “Untuk itu, perlindungan yang lebih maksimal sangat diperlukan,” tegasnya.

Risiko tersebut harus diatasi, vaksinasi harus terus dilakukan baik itu pada layer dan breeder maupun broiler. Menurut Ayat, total layer dan breeder yang di vaksin dengan varian live dan kill terus mengalami peningkatan setiap periodenya. Namun, lanjutnya, berbeda dengan broiler dimana kewaspadaan terhadap IBV masih perlu ditingkatkan. “Penggunaan variant live masih kurang dari 1 persen,” lansirnya.

Banyaknya vaksin live dan kill baik itu monovalen atau polivalen sudah tersedia dipasaran, akan tetapi strain varian yang baru terus bermunculan dilapangan, sehingga jenis vaksin dan jadwal harus disesuaikan untuk perlindungan unggas yang ditantang oleh virus-virus baru. Sejak kuartal kedua tahun 2014, Ceva telah melakukan survey IBV di broiler komersial. Sampel yang diambil dari broiler berdasarkan gejala klinik dan patologinya berupa darah, sampel organ seperti trakea, paru-paru, ginjal dan seka tonsil.

Dari hasil survey ditemukan 2 IB varian yaitu QX-like yang ditemukan di Sumatera Utara dan Jawa Barat serta Malaysian varian di Sumatera Utara. Kedua varian ini sangat berbahaya, karena mampu menyebabkan kerusakan sistem pernapasan dan ginjal pada broiler. Vaksin tunggal dari Mass live dinilai tidak mampu melindungi broiler. Berdasarkan situasi inilah Ceva memperkenalkan solusi pencegahan IBV untuk peternak yaitu Cevac IBird (IBird). Menurut Pascal, untuk mendapatkan perlindungan yang lebih baik penggunaan vaksin Mass bersamaan dengan IBird bisa dilakukan. “Sudah 1,4 miliar ayam divaksin IBird di berbagai negara,” katanya. Indonesia, lanjutnya, sudah melakukan sejak 2014.

 

Saatnya vaksinasi

 

Ada kesepakatan para ahli bahwa vaksinasi merupakan solusi untuk memberikan perlindungan terhadap ayam dari serangan virus. Untuk memilih vaksin yang digunakan, sebaikya peternak mempertimbangkan beberapa faktor seperti keamanan, kekebalan dan efikasi. Semua faktor ini bisa ditemukan pada IBird, pada uji keamanan di lapangan, broiler yang divaksin dengan IBird bersama H120 dan vaksin apathogenic ND single di hatchery yang menggunakan coarse spray disimpulkan bahwa IBird sangat aman pada DOC broiler.

 

            Dilihat dari sisi kekebalan yang didapat, bahwa pada broiler di umur 3 minggu setelah vaksinasi dengan IBird secara spray sejak DOC, menunjukan adanya kekebalan yang nyata terhadap tantangan virus 793 B di umur 3 minggu. Untuk Efikasi, IBird yang dikombinasikan dengan vaksin live Massachusetts mampu memberikan perlindungan yang lebih luas terhadap virus IB strain QX, Q1 maupun J2 yang diisolasi dari berbagai Negara.

Begitu luasnya perlindungan Cevac IBird (IBird) terhadap nilai ekonomi di farm. Pasalnya, IBird mengandung virus live IB strain 1/96 yang dilemahkan dan sangat membantu untuk imunisasi aktif broiler, breeder dan layer, sehingga mampu mengurangi. Penggunaan IBird ini dimulai dari hatchery, ayam berumur 1 hari (DOC) divaksin dengan satu dosis penuh vaksin secara coarse spray. Namun, IBird juga digunakan untuk ayam diatas umur sehari.

Kembali ke atas