C.H.I.C.K. DAY 2014

Ceva Mengedukasi Peternak Dengan Teknologi Terkini

Seiring dengan inovasi-inovasi yang dikembangkan, Ceva terus berupaya mengedukasi untuk mempertajam pengetahuan peternak 

C.H.I.C.K Day kembali digelar. Seminar yang ke-5 kalinya persembahan PT Ceva Animal Health Indonesia (Ceva) bagi peternakbroiler(ayam pedaging),breeder(bibit), danhatchery(penetasan) ini digelar di Bogor (12/2). Pada seminar yang dihadiri sekitar 200 peserta ini, Presiden Direktur Ceva Animal Health Indonesia, Edy Purwoko menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada para peserta dari seluruh Indonesia yang telah hadir.

Lebih lanjut Edy menginformasikan,market share(pangsa pasar) produk Ceva terus berkembang terutama untuk vaksin Gumboro yang mencapai 30 % baik di Indonesia dimana kontribusi terbesar ada di vaksin Cevac Transmune IBD. “Bahkan di seluruh dunia selama 2013, Cevac Transmune IBD telah terjual sebanyak 15 miliar dosis dimana secara total vaksin Gumboro menguasai 30 % pangsa pasarbroilerdi dunia,” klaimnya. Ceva Indonesia merupakan leader di vaksinasi hatchery untuk broiler dan terlihat di tahun 2013, peralatan vaksinasi hatchery Ceva sudah tersebar di 50 lokasi hatchery dari 15 perusahaan pembibitan diseluruh Indonesia.

Dalam C.H.I.C.K Day kali ini, Ceva turut menggandeng 2 perusahaan besar di bidang peternakan untuk berbagi ilmu bersama yaitu Aviagen dan DSM Nutritional Products. Menurut Edy, hadirnya pembicara yang kompeten dari kedua perusahaan tersebut akan lebih mengena kepada peserta yang hadir yang kebanyakan adalah peternak. “Tidak melulu soal promosi, tetapiupdatetentang penyakit di lapangan sertafeeding strategydan manfaat dilakukannyahatcheryvaksin,” tegasnya.

Seminar kali ini menghadirkan pembicaraGlobal Head of Veterinary Technical Services ofAviagen, Nick Dorko;Country ManagerDSM Nutritional Products Indonesia, Suaedi Sunanto;Director Technical Services Poultry ofCeva Sante Animale, Marcelo Paniago; danRegional Technical Manager – Poultry Ceva Animal HealthRoberto Soares. Tampil sebagai moderator acara adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Prof I Wayan Teguh Wibawan.

 

Penyakit dan Strategi Pakan

Dalam presentasinya yang berjudul “Broiler Disease Update Asia”, Nick menjelaskan sekitar 99 % penyakit padabroilerada di Indonesia. Ia menyebut mulai dariAvian Influenza(AI),Infectious Bursal Disease(IBD),Mycoplasma sinoviae(MS),Inclusion Body Hepatitis(IBH), dan CAV (Chicken Anemia Virus).

Nick salah satunya menyoroti, penyakit utama di ayam broiler adalah di pernafasan dan kondisi ini banyak dipengaruhi dari kondisi lingkungan (suhu, ventilasi, amonia, debu dan kelambaban) serta agenimmunseppresiveselain itu agen penyebab satu dengan yang lain saling berinteraksi untuk meningkatkan keparahan gejala klinisnya,” jelasnya.

Salah satu contohnya tips yang diberikan untuk menangani IB (infectious bronchitis) misalnya para peternak sebaiknya tidak melakukan vaksin IB variant sebelum benar-benar yakin flock atu lokasi tersebut terjangkit IB varian. Untuk itu, pentingnya melakukan identifikasi dengan PCR (polymerase chain reaction) disertai identifikasi kasusnya yang lebih dalam. Dari semua presentasi yang Dr. Nick paparkan, bahwa hal terpenting dalam kontrol semua penyakit adalah sanitasi dan biosecurity.

Terkaitfeeding strategy(strategi pemberian pakan) padabroiler, Suaedi dalam presentasinya yang berjudul “Feeding First 10 Days Broiler Chicken” menjelaskan, secara nutrisi pemberian pakan di 10 hari pertama padabroilertidak terlalu rumit. Pemberian pakan di masa itu bukan untuk pertumbuhan, tapi perkembangan fungsi organ seperti hati untuk sirkulasi, aktivasi enzim, dan meningkatkan metabolisme.

Suaedi menegaskan, poin pentingnya adalah, semakin awal diberi pakan, maka performabroilerakan semakin baik ke depannya. Meskipun pakan yang diberikan tidak bernutrisi tetapi masih lebih baik dibandingkan menunda pemberian pakan. “Pada 7 hari pertama umur ayam perlu diperhatikan manajemen vaksin agar ayam terhindar dari stres.Medikasi, suplementasi, danbrooding managementjuga penting karena jika suhu tidak bagus ayam tidak mau makan,” paparnya.

 

Interpretasi hasil ELISA danmanfaat Transmune

               Uji ELISA (Enzyme-Linked Immuno-Sorbent Assay) merupakan salahsatu tes serologi yang paling banyak digunakan di sektor perunggasan karena beberapa keunggulan diantaranya akurat, sensitive dan mudah diaplikasikan. Hal ini disampaikan Marcelo dalam presentasinya “ELISA Results Interpretation”.

Menurut Marcelo, uji ELISA dimaksudkan untuk melakukanmonitoringterhadap pelaksanaan vaksinasi dan penunjang diagnosis di lapangan. Tentu saja, interpretasi hasil uji ELISA harus memperhatikan riwayat flock yang diteliti. “Untuk mengurangi variasi hasil pengujian beberapa hal harus diperhatikan seperti SOP (standard operating procedure), referensi, dan sumber daya manusia yang terlatih,” terang Marcelo.

Sementara itu, guna mengontrol IBD atau gumboro di lapang, Roberto berpendapat metode paling efektif dengan vaksinasi aktif seperti vaksinlive,immune complex, rekombinan, dan vaksinkilled. Pria yang membawakan presentasi berjudul “Dinamyc of Transmune Take” menjelaskan, tujuan yang paling penting dari vaksinasi gumboro adalah agar bursa bisa dikolonisasi/dikuasai oleh virus vaksin IBD.

“Jikaitu berhasil, virus IBD lapang tidak akan menginfeksi bursamaka pencegahan dan perlindungan terhadap gumboro tercapai maksimal,” klaim Roberto.

Ia menerangkan, Transmune IBD merupakan vaksinimmune complexyang sangat tepat untuk mencegah IBD di lapangan. Vaksin ini menggunakanfollicular dendritic celldi limpa yang seolah-olah berfungsi sebagai depo dan kemudian melepas virus vaksin secara perlahan-lahan seiring penurunan kekebalan asal induk sampai virus vaksin berkolonisasi dan bereplikasi dibursa fabricius. “Berdasarkan penelitian, vaksinasi gumboro dengan vaksinintermediate plustidak memberi efek negatif pada sistem kekebalan humoral, salah-satunya gertakan terhadap vaksinasi ND,” tegas Roberto.

 

                Diakhir acara, Area Country Manager, Amanda Lim menyampaikan harapannya agar bisa selalu membantu peternak di Indonesia menemukan solusi terkait permasalahan penyakit yang ada. Amanda juga optimis untuk terus berinvestasi di Indonesia karena pasarnya sangat potensial.

Kembali ke atas